Cerpen aku, kamu dan alam kita


By : @ukhti_febby

Sabtu sore itu, seperti biasanya aku membantu ferdi menyiapkan kursi untuk pertemuan yang biasa dilakukan klub kami. Klub Green Botanical garden, sebuah perkumpulan pecinta tanaman. Klub kami beranggotakan enam orang. Aku adalah satu diantaranya. 

Namaku Alamanda, namaku diambil dari bunga cantik berwarna kuning bernama alamanda (Allamanda cathartica). Dalam bahasa Inggris, bunga ini dijuluki dengan nama common allamanda atau golden trumpet. Di Sunda orang biasa menyebut bunga alamanda ini dengan nama lame areuy. Ayahku yang memberi nama itu karena suatu sore setelah kelahiranku ia melihat bunga itu tumbuh dipekarangan kami. Seperti namaku, aku sangat suka sekali menanam berbagai jenis bunga. Bunga-bunga itu kini menghiasi pekarangan kami. 

Lelaki yang kutemui di ruang pertemuan itu namanya ferdi. Ia adalah ketua klub kami. Nama panjangnya Ferdinand, kata ferdi namanya terinspirasi dari seorang tokoh botani yang bernama ferdinand von mueller. Ia salah satu mahasiswa jurusan pertanian di sebuah universitas. Orangtuanya adalah salah satu pengusaha dibidang agrobisnis yang tersukses di abad ini. 

Sejak kecil ferdi sudah sangat memahami ilmu pertanian. Orangtuanya mengharapkan anaknya menjadi ilmuwan dibidang botani. Ia membuat klub ini untuk saling membagikan pengalaman dibidang tanam menanam. Pada awalnya klub kami beranggotakan 20 orang. Tetapi lama kelamaan banyak anggota yang keluar dari klub karena sibuk dengan kegiatannya dan tidak merasakan manfaat mengikuti klub ini.

Laki-laki yang menggunakan motif baju kotak-kotak yang baru datang itu namanya damar. Ia salah satu dari anggota yang bertahan mengikuti klub ini. Damar salah satu teman kampus ferdi. Namanya juga diambil dari salah satu pohon asli Indonesia yang sering disebut juga dammar raja. Ia pernah bercerita bahwa namanya diambil ketika ayahnya berpetualang di daerah sulawesi. ketika ayahnya beristirahat di sebuah pohon ia terkena getah pohon itu.
Karena waktu itu belum ada mesin pencari bernama google, jadi ayahnya yang penasaran mengidentifikasi tanaman itu dengan mencarinya di ensiklopedia tanaman di perpustakaan kota. Ayahnya mengingat nama tanaman itu dan memberikan nama tanaman itu pada anak pertamanya, damar. 

Damar yang baru datang langsung menyambutku dengan senyum yang ramah.
“Halo alamanda, sini kubantu merapikan kursinya. Kamu wanita jadi tak perlu capek mengangkatnya. Biar aku saja”kata damar 

Aku tersenyum. Damar memang selalu begitu, aku tahu dia menyukaiku. Ia selalu memberikan perhatian-perhatian yang sangat jelas kepadaku. Ia salah satu anggota klub yang sering berbicara denganku.
Ia menceritakan banyak hal kepadaku, tapi aku sering bosan mendengar cerita yang sama yang dibicarakannya. Ia kadang juga memberikan aku bunga karena mengetahui aku menyukai bunga.

Suara motor dari luar yang terdengar menandakan seseorang lagi yang datang di klub ini. Laki-laki berjaket coklat dan berambut gondrong itu bernama theo, nama panjangnya theophrastus. Namanya diambil dari seorang filsuf bernama. Theophrastus adalah salah satu filsuf Yunani terbesar sepanjang sejarah yang merupakan seorang ilmuwan alam dan disebut juga sebagai ‘bapak botani’. ayahnya yang memberi nama itu. 

Ayahnya bukan seorang yang menyukai tanaman atau punya pengalaman dengan tanaman. Ayahnya seorang dokter terkenal di kota ini. Ia mengagumi sosok filsuf yunani itu. Karena sosok filsuf yunani itu yang mengenalkannya pada dunia farmasi sejak penemuannya pada tanaman obat belladona, mekar delima, dan senna.
Ayahnya mengharapkan anaknya dapat tumbuh menjadi dokter yang genius seperti filsuf yunani itu. Namun kenyataannya berlawanan, theo justru tidak tertarik pada dunia kedokteran. Ia lebih suka travelling. Ia ikut di klub kami dengan alasan iseng ingin menambah pengetahuan saja katanya.

“Halo nona manis, jangan melamun dong. Kamu lagi mikirin aku ya” goda Theo padaku

Theo salah satu anggota yang suka sekali menggodaku. Ia juga sudah pernah menyatakan perasaannya kepadaku. Namun aku menolaknya. Aku hanya membayangkan kalau aku jadi kekasihnya pasti aku sering ditinggal travelling atau malah disuruh menemaninya travelling.
Bukannya tidak mau, aku lebih suka mengurusi kebun bungaku daripada pergi travelling. Lagipula aku lebih nyaman berteman dengan theo daripada harus menjadi kekasihnya.

Sebuah mobil alphard terlihat baru saja terpakir di halaman. Pengemudinya mengenakan kemeja dengan rapi wangi parfumnya tercium sampai disini. Laki-laki itu memasuki ruangan dimana aku dan tiga orang yang sudah datang sejak tadi berkumpul.
Ia tersenyum padaku. Namanya aga. Namanya diambil dari nama dari sebuah tanaman yaitu Agave Attenuate. Agave Attenuate merupakan sebuah tanaman yang umumnya berbentuk duri. Bentuk daun dan corak istimewa menjadi daya tarik bagi para kolektor agave. Ayahnya adalah salah satu kolektor Agave Attenuate, tak heran kenapa ia diberi nama Aga.

Aga adalah satu pebinis dibidang agrobinis yang sukses. Ia memiliki lahan yang luas dibeberapa wilayah di kota ini. Semua tanaman yang ditanamnya dijual diseluruh wilayah negeri ini, bahkan ada yang juga diimpor ke negeri tetangga. Aga sangat disukai semua anggota klub ini, karena ia adalah donatur di klub ini. Ia selalu mendanai semua kegiatan klub ini, termasuk konsumsi untuk pertemuan klub.
Ia sering membawakan buah tangan untukku yang ia peroleh ketika ada pertemuan bisnis diluar kota. Tak jarang ia memberiku hadiah, aku menanyakan mengapa ia memberinya kepadaku. Katanya hanya ingin memberi kepadaku saja. Aku mulai memberitahunya untuk tak memberiku hadiah sesering ini karena aku juga tak membutuhkannya.

Seorang laki-laki yang mengayuh sepeda tua itu memasuki halaman. Pria itu hanya pakai kaos biasa dan membawa tas yang digunakan untuk membawa buku jurnalnya. Namanya danu. Aku tak tahu nama panjangnya. Namanya juga sepertinya tak ada hubungannya dengan tanaman, lagipula ia tak pernah menjelaskannya jadi aku tak pernah tahu.
Ia laki-laki yang unik dan misterius. Jujur saja bukannya aku terlalu percaya diri, hanya saja sebagai wanita aku bisa merasakan bahwa empat laki-laki di klub ini menyukaiku. Bahkan ferdi, ketua klub ini. Bagaimana aku bisa tahu?. 

Meskipun terlihat biasa saja. Aku bisa mengetahui perasaan ferdi setiap ia menatapku, setiap aku selalu berdua dengannya karena aku adalah anggota yang paling rajin datang. tentang ferdi yang terlihat tidak suka ketika anggota lain menggodaku. Tentang cara memandangnya ketika mendengarkan aku berbicara. Aku tahu ferdi diam-diam menyukaiku. Tentang bagaimana ia langsung menjengukku ketika mendengar kabar aku sakit. Ferdi juga sering mengobrol dengan bunda didepan rumahku ketika menungguku untuk mengantarkanku ke seminar tentang pola hidup yang ramah lingkungan di kota kami. 

Danu adalah orang yang berbanding terbalik dengan anggota klub lain. Ia dingin, tentu saja ia pernah berbicara denganku tapi tak pernah berbasa-basi ataupun menunjukkan ketertarikannya denganku.
Ia adalah makhluk yang sering dibilang aneh oleh anggota klub lain karena teorinya. Setiap sabtu sore kami bergiliran menceritakan atau membagikan sesuatu yang bisa kami bagikan di klub ini. Setiap kali giliran danu berbicara, ia selalu membicarakan teorinya yang aneh.

“Hubungan yang baik bukan hanya dibangun antara manusia dengan manusia saja, tetapi manusia dengan alam salah satunya tanaman. Kita mempelajari bahwa tanaman adalah makhluk hidup tetapi kita sering memperlakukannya seperti benda mati”
“Maksudnya?”tanya damar
“Kita tahu bahwa tanaman adalah makhluk hidup sama seperti kita. Tanaman mengalami kehidupan dan kematian. Tanaman  bisa berbicara layaknya manusia hanya saja kita tidak mengerti bahasa mereka. Tanaman juga berperasaan.”
“Apa yang barusan kamu sampaikan adalah pembodohan. Mana buktinya tanaman bisa bersuara apalagi memiliki perasaan?. Kita disini untuk belajar bukan beropini bung” kata damar membantah pernyataan danu itu
“Tanaman bersuara lewat bahasa mereka yang tidak kita mengerti, konsisten dalam waktu yang sama dan dengan suara yang sama. Tanaman juga memiliki perasaan. Tanaman akan memberikan sinyal ketika daunnya dimakan oleh hama atau hewan lainnya. Daun dari tanaman itu akan berubah rasanya menjadi pahit sebagai reaksi defensif mereka. Kamu harus dekat dengan mereka supaya mengerti tentang tanaman, bukan hanya dari buku-buku saja”kata danu sedikit menyindir

Damar tentu tersindir dengan perkataan danu. Ia ingin membalasnya namun ferdi memberi isyarat kepada damar untuk diam saja. Hal itu sering terjadi saat danu menyampaikan argumen-argumennya. Argumennya selalu aneh diluar nalar dan tidak ditemukannya dibuku-buku manapun. Anggota klub lain menganggapnya hanya mengada-ada saja. 

Teman-temanku itu pernah meminta ferdi untuk mengeluarkan danu. Namun ferdi tidak pernah mau, entah alasannya apa. Ferdi sepertinya anggota yang paling dekat dengan danu. Mungkin ia tidak enak hati kalau mau mengeluarkannya dari klub kami.

***
Sabtu sore itu, giliranku berbicara. Aku ingin membicarakan tentang tanaman bungaku yang kemarin layu. Aku sangat sedih sekali, bunga itu bunga kesayangan yang kurawat sejak kecil. Aku membagikan cerita itu dengan anggota lainnya. Semua anggota merasa simpati dengan kepergian tanaman bungaku itu, kecuali danu. Ia membuatku kesal dengan komentarnya yang tidak berpihak kepadaku.

“Kamu harusnya menjadi orang yang lebih kuat dalam memahami peristiwa itu. Tumbuhan yang diterpai angin saja tak pernah mengeluh apalagi tumbang. Tinggal tanam lagi saja.”katanya dengan santainya
Jujur aku merasa kesal dengannya. Setelah pertemuan sore itu aku menemuinya di depan halaman rumah yang menjadi tempat pertemuan kamu.
“Danu, sebenarnya aku tidak pernah membencimu apalagi membuat masalah denganmu. Kenapa kamu seperti membenciku?”tanyaku padanya
“Darimana kamu tahu aku membencimu?”
“Dari apa yang kamu katakan tadi” kataku dengan perasaan yang masih kesal
“Aku tidak pernah membencimu, karena aku tidak tahu untuk apa membencimu. Aku hanya ingin memberikanmu saran. Kamu menceritakan itu untuk mendapatkan pembelaan atau untuk mendapatkan solusi dari permasalahanmu?”
“Tentu saja aku ingin mendapat solusi”
“Apa yang aku sampaikan ke kamu itu solusinya. Kamu bisa menanam tanaman itu lagi merawatnya dengan lebih baik dia akan hidup lebih lama.” Kata danu 

Aku tak menjawab perkataan danu. Ia berlalu begitu saja mengayuh sepeda tuanya. Aku tidak jadi kesal dengannya karena argumennya yang ternyata benar. Tetapi aku belum bisa memahami jalan pikirannya secara utuh. 

***
Klub kami selalu mengadakan project setiap setahun sekali. project itu bisa berjalan 1- 3 bulan. Project ini banyak macamnya ada project mengembangkan alat-alat pertanian, pupuk, atau mengembangkan cara bercocok tanam, dan project semacam edukasi ke masyarakat mengenai ilmu yang didapat dari klub.
Tujuan dari project ini untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa klub kami ini memiliki andil untuk perkembangan pertanian di masyarakat. 

Project ini biasanya dilakukan secara berkelompok oleh dua orang angota klub, jadi ada 3 peoject yang dapat dilasanakan. Pemilihan kelompok project dilakukan secara acak dengan cara mengambil nomor yang ditulis pada kertas digulung. Aku mengambil kertas itu dan menemukan angka 1 didalamnya. Setelah saling memberi tahu isi kertas masing-masing, aku berpasangan dengan danu. 

Aku sangat kesal sekali. aku hanya membayangkan apa yang akan kita lakukan berdua. Danu pasti memakai ide-ide gilanya lagi seperti pembicaraannya saat di klub. Sementara anggota lainnya tampak cukup kecewa karena tidak berpasangan denganku. Sore itu setelah pertemuan di klub berakhir danu menghampiriku.

“Alamanda, aku minta nomor handphone kamu”
Aku agak sedikit kaget karena danu yang misterius, unik, dan tampaknya tak tertarik padaku, tiba-tiba saja meminta nomor handphoneku. Aku menunjukkan nomor handphoneku dan berkata
“Sebenarnya aku tidak suka menjelaskannya, supaya kamu tidak salah paham saja. Aku tidak tertarik kepada kamu. Aku hanya memberi kamu nomor handphoneku karena kamu teman di klub ini.”
“Supaya kamu juga tidak salah memahami. Aku meminta nomor teleponmu untuk membahas project kita.”katanya lalu berlalu pergi begitu saja

Aku yakin saat itu mukaku berubah jadi memerah karena malu. Aku kesal dengannya, kesal membayangkan kami akan menghabiskan waktu untuk membuat project bersama.

***
Pagi itu danu memberiku pesan lewat whatsapp.

 “Apakah kamu hari ini bisa ketemu buat bahas project kita?”  begitu isi pesan yang muncul dilayar ponselku.

“Maaf, aku hari ini mau pergi ke perpustakaan kota. Aku mau mencari referensi yang cocok untuk jadi ide project kita” kataku beralasan. Sebenarnya hari itu aku bisa bertemu dengannya. Namun aku masih merasa kesal dengannya kemarin.

“Hari ini kan hari libur nasional, mana ada perpustakaan yang buka ?” kata danu

Aku lupa kalau hari ini hari libur, aduh mana danu tahu lagi.

“Kalau kamu memang tidak mau ketemu hari ini tinggal bilang saja”kata danu
“Iya iya, maaf” kataku kepada danu
Akhirnya kita sepakat menggantinya di hari minggu. 

Pada hari minggu itu aku dan danu sudah membuat janji untuk bertemu dirumahnya. Setelsh sempat nyasar akhirnya aku menemukan rumahnya di tengah pedesaan ini. Sebuah rumah kecil yang tampak sederhana dengan beberapa tanaman di pekarangannya. Aku mengiriminya pesan bahwa aku sampai dirumahnya.
Danu membalasnya  ia bilang bahwa ia akan menemuiku satu jam lagi. Aku tambah kesal sekali dengannya, sudah jauh-jauh datang kesini dan disuruh menunggu lagi.

“Kamu mau balas dendam gara -gara aku kemarin ngga jadi ketemu kamu” kataku pada danu yang baru datang

“Kamu sering sekali salah paham dengan orang lain, aku ada urusan di sawahku yang ada didaerah sini” kataya

“Supaya kamu tidak salah paham lagi, urusank itu bertemu dengan petani untuk memberi tahu kepada mereka mengenai pupuk kompos” kata danu lagi

“Tapi kan kita sudah janjian dari minggu lalu, kamu harusnya tahu prioritas dong!”kataku dengan kesal

“Prioritas? aku pikir kamu tidak menyukai project ini, atau tidak suka berpasangan denganku di project ini”

“Aku tidak pernah mengatakannya”

“Ya, kamu tidak pernah mengatakanya. Tapi sikapmu yang menjelaskannya. Bagaimana kamu tidak suka bahkan hanya untuk membahas project ini di awal. Orang akan menilaimu dari apa yang kamu katakan dan lakukan. Aku tidak bisa membaca fikiranmu.”

“Kamu salah paham” kataku pada danu

“Jadi? Apakah kamu berniat untuk bertemu denganku hari ini? Apakah kamu menantikan pertemuan kita hari ini?”
“Ya, aku mengaku awalnya aku tidak suka harus melakukan project ini bareng kamu. Maaf aku kemarin berpura-pura ngga bisa ketemu kamu”

“Apa yang coba mau kamu katakan?”

“Dengarkan dulu sampai selesai. oke hari ini aku akan mencoba menerima kamu sebagai partner project ini” kataku 

Danu diam saja, ia masuk kedalam rumahnya. Sementara aku masih duduk dikursi depan rumahnya. Apakah danu marah denganku?. Ternyata itu hanya fikiranku yang lagi-lagi salah paham. Danu keluar dan membawa dua cangkir teh dan sebuah kue yang ditaruh dalam piring.

“Kamu pasti lapar karena menungguku aku satu jam lalu,  silahkan dimakan” katanya menyodori sebuah kue berwarna ungu itu

Rasa kue itu sangat nikmat sekali, aku belum pernah merasakan kue senikmat itu di toko kue manapun.

“Kuenya enak banget, kamu beli darimana” tanyaku

“Aku tidak membelinya, aku bikin kue itu sendiri dari ubi ungu dikebunku”

“Kamu bisa masak?” tanyaku masih dengan keheranan yang sama

“Ya. Aku biasa memasak hasil dari tumbuhan di kebun. Selain lebih sehat tentu kita lebih tahu cara perawatannya. Aku bahkan tidak pernah keluar uang untuk urusan perut. Kebunku yang memenuhinya. Negeri kita sangat kaya, sayang sekali banyak yang tidak menyadari kekayaan itu. Kita bisa memakan semua yang kita tanam, dan tanah disini bagus apapun bisa tumbuh. Kalau semua orang menerapkan itu kita akan menjadi negeri dengan swasembada pangan” kata danu menjelaskan

Aku setuju dengannya bahwa bahkan untuk makan kita bisa mengandalkan alam yang sudah menyajikan banyak bahan yang bisa dimasak. Kami melanjutkan obrolan kami saat itu. Ia mengusulkan ide project pengabdian masyarakat lewat sampah. Sampah organik yang bisa didapatkan oleh masyarakat dengan mudah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos dan biogas. Ia mengatakan sudah memulainya seminggu yang lalu dan aku hanya perlu mengikutinya.

Setelah mengerjakan project bersama danu, baru kuketahui bahwa danu menerima penghargaan sebagai petani muda inspiratif dari gubernur di kota kami. Ia memiliki banyak jasa untuk masyarakat di desanya. Ia sering memberi edukasi pada masyarakat tentang mennggunakan pupuk organik sebagai pupuk tanaman. Ia juga yang mempelopori ditanamnya beras merah didesa itu. Bahkan sekarang banyak petani yang beralih dari menanam beras putih ke beras merah. Bukan hanya untuk dijual tetapi juga untuk dikonsumsi. 

Danu juga memberi edukasi kepada masyarakat mengenai tanaman apotik hidup sebagai obat penyakit dan pola makan yang sehat untuk mencegah penyakit yang timbul dari pola makan yang tidak sehat. Hasilnya? Desa itu menjadi desa dengan tingkat kesehatan tertinggi di kota kami. Sangat jarang sekali warga desa yang menderita penyakit. Semua orang didesa itu tahu siapa danu, tetapi tidak dengan anggota klub kami, termasuk aku.

“Kenapa kamu tidak pernah membicarakan prestasimu di klub kita, danu?”
“Buat apa? Aku, kamu dan mereka ikut klub buat membagikan pengetahuan kita masing-masing. Bukan untuk saling memamerkan apa yang pernah kulakukan. Aku tidak pernah menyalahkan jika ada orang yang pamer dengan apa yang dibuatnya itu pilihan masing-masing orang. Dan bagiku apa yang aku buat hanya sebagian kecil dari jutaan prestasi yang mungkin juga dilakukan oleh orang lain.” Kata danu

Aku  jadi tertampar mendengar ucapannya, betapa aku sering sekali memamerkan hasil-hasil tanaman bungaku kepada ayah ibu, yang bahkan tidak memberi dampak positif buat orang lain. Benar sekali filosofi padi semakin berisi semakin merunduk. Begitu juga dengan danu. Baru kusadari bahwa ia sangat rendah hati. ia tidak pernah mengatakan bahwa hasil pertanian dan kesehatan di desa itu karenanya. Semua itu karena usaha masyarakat sendiri ia hanya berbagi wawasan yang ia tahu, begitu kata danu. Danu berbeda dari laki-laki lain.

Setelah mengenalnya, aku merasa mulai jatuh cinta dengannya. Semua yang aku lakukan ke dia jadi berbeda. Setiap berdekatan dengannya aku sekarang menjadi lebih gugup. Aku menjadi lebih perhatian padanya. Setiap kami membahas project itu aku jadi lebih sering membawakan bekal buat dimakan berdua bersama dia.

“Kamu jatuh cinta sama aku ya?”katanya tiba-tiba saat kita selesai mengerjakan project di kebun itu

Aku yang tiba-tiba diberi pertanyaan seperti itu langsung kaget dan tidak tau harus menjawab apa “Maksudnya?” kataku berpura-pura menyembunyikan rasaku

“Orang yang baru kemarin ketemu kamu pun tahu kalau kamu menyukaiku. Tapi satu hal yang perlu kamu tahu bahwa aku juga” kata danu

“Kamu menyukaiku? Sejak kapan?” tanyaku yang kaget dengan pernyataannya itu. Karena aku tidak pernah menyangka sebelumnya danu akan menyukaiku

“Sejak aku pertama kali melihatmu di klub kita. Aku sering memperhatikanmu. Kamu berbeda dengan wanita lain. Tidak banyak wanita yang suka dengan hal yang berbau pertanian”
“Apa spesialnya?” tanyaku

“Ketika kamu belajar bertani belajar bercocok tanam, kamu belajar tentang kesabaran dan belajar memperlakukan tanaman selayaknya makhluk hidup seperti kita. Karena itu aku memilih mencintai kamu. Aku tidak memerlukan jawabannya, karena aku menemukan jawabannya dari semua perlakuanmu kepadaku akhir-akhir ini.” Kata danu dengan percaya diri

Ia memang bisa memahami bahasaku, bahasa yang tak kuucapkan lewat lisan tetapi lewat semua perbuatan. Barangkali karena ia juga memahami bahasa yang diucapkan oleh alam jadi ia dengan mudah memahami bahasa perempuan sepertiku.

“Kamu memang ahlinya menggali perasaan seseorang. Tetapi kenapa aku tidak pernah tahu kalau kamu menyukaiku dan kenapa kamu tidak memberiku perhatian kayak anggota klub lain” kataku kepada danu

“Karena aku menunggu kamu menjadi dirimu sendiri. Untuk mencintaiku, kamu butuh menjadi dirimu sendiri bukan orang lain. Dan aku menunggu saat yang tepat ketika kamu mampu menerima perasaanku” Kata danu

Sore itu langit sangat cerah sekali, secerah semua yang terjadi antara aku dan danu. Mungkin beginilah cara tuhan memberitahuku untuk bertemu seseorang yang tepat denganku. Semenjak itu, kami lebih sering bersama. Kebersamaanku dengan danu bukan hanya tentang perasaan, tetapi ketika aku mencintainya aku belajar banyak dari dia. Kami menanam beberapa jenis tanaman di rumah danu, merawatnya bersama-sama seperti merawat seluruh perasaan cinta yang tumbuh.

Comments

Popular posts from this blog

Hal yang harus kamu ketahui dan perhatikan sebelum Investasi di aplikasi bibit

Cara menghasilkan uang dari internet di tahun 2020